Rabu, 23 April 2014

Resensi Novel Alenxandra


Judul                : Alexandra
Penulis             : Farah Hidayati 
Penerbit           : Mediakita
Tebal               : 172 halaman

    Sinopsis Novel


Alexandra adalah seorang remaja yang akrab di panggil Alexy. Dia merupakan sesosok remaja yang patuh pada Orang tua. Sejak kecil ia tinggal bersama Bundanya dan tidak mengenal ayahnya sama sekali. Alexy selalu menuruti segala kemauan dan keinginan Bundanya walau terkadang semua itu merenggut kebebasannya. Selain sebagai anak yang patuh, Alexy selalu membanggakan Bundanya lewat prestasi-prestasi yang diukir, baik prestasi disekolah maupun prestasi dibidang ektrakulikuler yang menambah deretan panjang piala-pialanya.
Terlepas dari semua kelebihan itu, Alexy hanyalah sesosok remaja yang rapuh. Tak jarang ia merasakan dadanya bagaikan dihimpit oleh jutaan batu yang kapan saja siap menyeretnya kejurang kehancuran. Betapa tidak, wanita yang telah melahirkan dan bersusah payah membesarkannya selalu memaksakan kehendak dan tidak pernah puas terhadap semua prestasi yang dicapainya. Tak jarang Bundnya menekan bahkan mengekang kebebasan Alexy apalagi kalau sudah menyangkut laki-laki.
Ada apa dengan makhluk yang bernama laki-laki itu? Kenapa Bunda sangat membenci dan bahkan terkesan mengunci Alexy kejurang yang paling dalam agar tak tersentuh oleh makhluk yang bernama laki-laki. Bunda seringkali mengusir teman laki-laki yang mampir hanya untuk sekedar menyapa Alexy ataupun mengantarkan tugas sekolahnya. Tak sampai disitu, Bunda tak pernah menceritakan bagaimana sosok seorang ayah pada Alexy. Setiap ditanya bagaimana ayahnya, Bunda akan langsung marah besar sehingga menciutkan niat Alaexy untuk bertanya lebih lanjut. Sederet beban inilah yang memebuat Alexy seakan jauh dari peradaban laki-laki.
Masalah muncul seiring perkenalan Alexy dengan seorang laki-laki yang bernama Dewa. Pertemuan tak sengaja di Perpustakaan membuat mereka saling jatuh cinta. Alexy mulai melanggar aturan-aturan yang selama ini mengekangnya. Berlahan namun pasti Alexy membuka pinu menara yang selama ini mengurungnya dari peradaban laki-laki. Namun sekali lagi Alexy harus terpuruk ketika Bunda mengusir Dewa dan saat yang bersamaan Dewa harus pindah ke luar kota.
Sepeninggal laki-laki inilah Alexy kembali kedunianya. Ia kembali menutup pintu hatinya untuk semua laki-laki yang mendekatinya termasuk Rio dan Nico, asisten dosen yang kerap berusaha mendapatkannya. Masalah lain muncul ketika keinginan Alexy untuk mengetahui seiapa ayah kandungnya memuncak. Namun disaat yang bersamaan dia harus kehilangan laki-laki yang seharusnya disebut Ayah.

B. Unsur Intrinstik Novel

1.      Tema
·         Kehidapan Masa Remaja Di Dalam Keluarga

2.      Tokoh
·         Alexy : Protagonis
·         Niko :Antagonis
·         Rio :Antagonis
·         Dewa :Protagonis
·         Ibu Alexy : Antagonis
·         Bang Udin :Protagonis
·         Ario :Protagonis

3.      Alur
Alur cerita campuran (maju mundur)

4.      Sudut Pandang
Orang ketiga


5.      Latar atau Setting
Waktu
Novel Alexandra menggunakan istilah waktu dalam cerita seperti pagi,siang dan malam,esok hari,kemarin dan sebagainya
“Menjelang sore,kaki Alexy hanya sebelah menginjak halaman rumah ketika ia terkesiap melihat bunda tiba-tiba mengamuk,dan tanpa ragu mencakar wajang bang udin yang telah baik hati mengantarkannya pulang"
Tempat
Salah satu tempat yang digunakan dalam novel Alexandra ini adalah di Hard Roc cafe. Disitu ia bertemu dengan laki-laki yang bernama ario dimana ia ingin berkenalan dengan Alexa dan mengajaknya untuk melihat matahari terbenam di pantai
 
 
6.      Amanat :
Mengajarkan bagaimana seharusnya kita bersikap dalam menghadapi masalah  kehidupan. Selain itu mengajari bagaimana seorang anak bersikap pada orangtuanya, tak peduli orangtua berkata apa selagi itu benar maka tak ada alasan untuk menolak pendapat  mereka.
 
B.     Keunggulan dan kelemahan novel
 
1.      Keunggulan Novel
 
Sangat menarik dan mampu membuat kita penasaran untuk membacanya. Menceritakan pencarian jati diri seorang anak serta mengajarkan bagaimana seharusnya kita bersikap dalam menghadapi masalah dan problematika kehidupan. Setelah dibaca lebih lanjut novel ini mengajari bagaimana seorang anak bersikap pada orangtuanya. Tak peduli orangtua berkata apa, selagi itu benar maka tak ada alasan untuk menolak bahkan membenci mereka.
Novel ini mengajarkan kita bagaimana untuk memaafkan kesalahan orang lain sekalipun orang tersebut sudah banyak menyakiti kita. Tak ada alasan untuk membenci orang selamanya apalagi melibatkan orang lain yang tidak bersalah. Jangan sampai kebencian menutupi semua kebaikan yang telah dilakukan oleh sesorang. Terakhir, jangan menunda untuk melakukan kebaikan karena tak ada yang akan tahu apakah kedepan kamu akan memiliki waktu dan kesempatan untuk melakukan kebaikan dan berbaikan untuk orang yang kamu sayang.
 
2.      Kelemahan Novel
 
Kalau dilihat sekilas dari covernya novel ini seakan-akan novel horor dan merupakan novel terjemahan namun setelah dilihat isinya ternyata novel ini malah rovel romantis dan karya indonesia asli lho. Kelemahan Novel ini dapat dilihat dari alurnya yang maju-mundur sehingga membingungkan para pembaca. Namun apabila dibaca dengan seksama maka kita akan bisa menangkap makna yang akan disampaikan lewat novel ini. Disamping itu novel ini menggunakan beberapa bahasa yang sulit dimengerti oleh masyarakat awan sehingga menyamarkan maksud dan tujuan yang akan disampaikan oleh penulis.
Ada beberapa kejadian yang dilakukan oleh Alexsa yang bisa menginspirasi pembaca terutama pembaca yang tidak bisa menfilter makna-makna yang akan disampaikan penulis untuk melakukan perlawanan-perlawana serta cara-cara membohongi orangtua ketika kita harus pergi dengan seorang cowok. Selain itu banyak kejadiannya yang terkesan dipaksakan. Terlalu banyak kebetulan-kebetulan yang jika dibawakan kedunia nyata tidaklah segampang itu terjadi kebetulannya.
 
C.    Kesimpulan

Secara keseluruhan, novel ini menggunakan karakter tokoh yang kuat dan alur cerita yang mempesona sehingga sulit menebak akhir ceritanya,sebelum banar-benar membaca hinnga tuntas. Novel ini pantas dibaca kalangan muda sebagai sebuah inspirasi atau tolak ukur untuk dapat menemukan jati dirinya sendiri.


0 komentar:

Posting Komentar